Ketua Satgas HIV Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Endah Citraresmi, SpA(K) mengatakan, ada kemungkinan HIV pada anak dapat memicu disabilitas. Kondisi itu dapat terjadi jika penanganan HIV pada anak tidak cepat ditangani. "HIV ini kan menjadi penyebab daya tahan tubuh turun daya. Tahan tubuh turun menyebabkan mudah sekali masuk infeksi. Infeksi ini yang bisa menyebabkan disabilitas jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat," kata dia dalam sesi wawancara bersama wartawan Jumat (2/8/2022).
Ia membeberkan, misalnya infeksi otak atau persarafan bisa berujung lumpuh bahkan cerebral palsy. Lalu, paru parunya terganggu karena infeksi berulang maka paru paru bisa rusak. "Sehingga sesak nafas terus menerus jadi disabilitas ini bisa terjadi jika HIV ada pada tahap lanjut dan tidak ditangani dengan baik," ujar dokter anak yang berpratik di RS Pondok Indah ini.
Karena itulah, ketika anak sudah terdeteksi terpapar HIV diharapkan langsung menjalani pengobatan sesegera mungkin, dimana dalam istilah penanganan HIV pada dewasa ada yang disebut same day treatment atau penanganan di hari yang sama. "Sebisa mungkin jadi langsung begitu kita diagnosis kita langsung konseling, kita berikan informasi, tentu kalau diperlukan kita dampingi untuk ada konseling psikologi. Kita langsung berikan obat," imbuh dokter Endah. Namun ketika anak HIV datang dengan kondisi berat, maka pemberian terapi obat ARV ditunda dulu.
Dokter akan terlebih dahulu melakukan pengobatan pada infeksinya. "Banyak yang datang dengan kondisi dengan infeksi berat. Jadi yang harus dikerjakan adalah mengatasi dulu infeksinya sampai stabil sehingga baru anak ini elijeble atau bisa masuk obat ARV tidak kita tunggu lama lama tetapi begitu sudah stabil misalnya datang dengan pneumonia pneumonia kita atasi dulu ya mungkin sudah membaik tidak ada kegawatannya kita mulai obat ARV," terang dia. **Cegah HIV pada Anak sejak Hamil**
IDAI mencatat, mayoritas atau 90 persen kasus HIV pada anak ditularkan dari proses kehamilan dan persalinan. Untuk itu, penting bagi semua ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan HIV. Jika ibu hamil terinfeksi HIV selain ibu hamil mendapatkan obat, maka dokter akan memilih jenis persalinan yang aman.
"Lahiran spontan jika virusnya tidak terdeteksi tetapi jika masih terdeteksi kita harus melakukan persalinan yang lebih aman untuk menghindari penularan yaitu caesar," jelas dokter Kemudian bayinya akan mendapatkan terapi pencegahan diberikan obat selama 6 minggu dan kemudian bayinya akan menjalani tes darah untuk memastikan HIV atau tidak. Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.